Jumat, 31 Desember 2010

Abjad Indonesia akan dikurangi?

Belakangan ini timbul desas-desus akan dibuatkannya aturan-aturan baru dalam penggunaan bahasa Indonesia. Salah satunya adalah : Mengurangi Jumlah Abjad pada Bahasa Indonesia.
Abjad yang digunakan di dalam bahasa Indonesia berjumlah 26. Ke-26 abjad tersebut rasanya masih terlalu banyak, dan lagipula ada beberapa abjad yang jarang sekali digunakan. Oleh karena itu mari kita sederhanakan abjad-abjad tersebut dan menyesuaikan dengan kata-kata yang kita gunakan.
# Pertama-tama, huruf X, kita ganti dengan gabungan huruf K dan S. Kebetulan hampir tidak ada kata dalam bahasa Indonesia asli yang menggunakan huruf ini, kebanyakan merupakan kata serapan dari bahasa asing. Misalnya taxi menjadi taksi, maximal menjadi maksimal, dst.
# Selanjutnya, huruf Q kita ganti dengan KW..Serupa dengan X, kata-kata yang mengunakan huruf ini juga sangat sedikit sekali.
# Berikutnya, huruf Z. Huruf Z kita ganti menjadi C Tidak ada alasan kuat tentang hal ini.
# Huruf Y diganti dengan I. Hal ini dilakukan sebab bunii huruf tersebut mirip dengan I.
# Kemudian huruf F dan V keduania diganti menjadi P. Pada lepel ini masih belum terjadi perubahan iang signipikan.
# Hurup W kemudian diganti menjadi hurup U. Berarti sampai saat ini kita sudah mengeliminasi 7 hurup.
# Hurup iang bisa kita eliminasi lagi adalah R, mengingat baniak orang iang kesulitan meniebutkan hurup tersebut. R kita ganti dengan L.
# Selanjutnia, gabungan hulup KH diganti menjadi H.
# Iang paling belpengaluh adalah hulup S iang diganti menjadi C. Hulup G juga diganti menjadi K. Dan hulup J juga diganti menjadi C.
# Caia laca cudah cukup untuk hulup-hulup konconannia. Cekalank kita kanti hulup pokalnia. Cuma ada lima hulup pokal, A, I , U, E, O. Kita akan eliminaci dua hulup pokal, Hulup I mencadi dua hulup E iaitu EE. Cementala hulup U mencadee dua hulup O iaitoo OO.
# Cadi, campe cekalank, keeta belhaceel menkulangee hooloop hooloop keeta. Kalaoo keeta tooleeckan lagee, Hooloop- hooloop eeang telceeca adalah : A, B, C, D, E, H, K, L, M, N, O, P, T.
# Haneea ada 12 belac hooloop !! Looal beeaca bookan ?? Padahal cebeloomneea keeta pooneea 26 hooloop. Eenee adalah penemooan eeang cankat penteenk dan cikneepeekan !!

>>> Co, ceelahkan keeleemkan tooleecan anda denkan menkkoonakan dooa belac
hooloop telceboot..!

Selasa, 28 Desember 2010

'Negeri 5 Menara' terinspirasi dari kisah nyata

Ringkasan Buku Negeri 5 Menara. Sebuah Novel yang Terinspirasi Kisah Nyata

Sampul Buku 'Negeri 5 Menara'

Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di sawah berlumpur dan mandi di air biru Danau Maninjau. Tiba-tiba saja dia harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya: belajar di pondok.

Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan "mantera" sakti man jadda wa jada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Dia terheran-heran mendengar komentator sepakbola berbahasa Arab, anak mengigau dalam bahasa Inggris, dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara.

Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka menunggu Maghrib sambil menatap awan lembayung berarak pulang ke ufuk. Di mata
belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.

Bagaimana perjalanan mereka ke ujung dunia ini dimulai? Siapa horor nomor satu mereka? Apa pengalaman mendebarkan di tengah malam buta di sebelah sungai tempat jin buang anak? Bagaimana sampai ada yang kasak-kusuk menjadi mata-mata misterius? Siapa Princess of Madani yang mereka kejar-kejar? Kenapa mereka harus botak berkilat-kilat? Bagaimana sampai Icuk Sugiarto, Arnold Schwarzenegger, Ibnu Rusyd, bahkan Maradona sampai akhirnya ikut campur? Ikuti perjalanan hidup yang inspiratif ini langsung dari mata para pelakunya. Negeri Lima Menara adalah buku pertama dari sebuah trilogi.


Dimensi: 13.5 x 20 cm
Tebal: 432 halaman
Cover: Soft Cover
ISBN: 978-979-22-4861-6
Kategori: Fiksi dan Sastra / Novel / Novel Asli

Tentang Pengarang: A. Fuadi
A. Fuadi lahir di Bayur, Danau Maninjau tahun 1972, tidak jauh dari kampung Buya Hamka. Fuadi merantau ke Jawa, mematuhi permintaan ibunya untuk masuk sekolah agama. Di Pondok Modern Gontor dia bertemu dengan kiai dan ustad yang diberkahi keikhlasan mengajarkan ilmu hidup dan ilmu akhirat. Gontor pula yang membukakan hatinya kepada rumus sederhana tapi kuat, "man jadda wajada", siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses.

Lulus kuliah Hubungan Internasional, Universitas Padjadjaran, dia menjadi wartawan Tempo. Kelas jurnalistik pertamanya dijalani dalam tugas-tugas reportasenya di bawah bimbingan para wartawan senior Tempo. Tahun 1998, dia mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah S2 di School of Media and Public Affairs, George Washington University. Merantau ke Washington DC bersama Yayi, istrinya---yang juga wartawan Tempo-adalah mimpi masa kecilnya yang menjadi kenyataan. Sambil kuliah, mereka menjadi koresponden TEMPO dan wartawan VOA. Berita bersejarah seperti peristiwa 11 September dilaporkan mereka berdua langsung dari Pentagon, White House dan Capitol Hill.

Tahun 2004, jendela dunia lain terbuka lagi ketika dia mendapatkan beasiswa Chevening untuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk bidang film dokumenter. Kini, penyuka fotografi ini menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO konservasi: The Nature Conservancy.

Senin, 27 Desember 2010

Hari ini, ku lepaskan kau dari hatiku..

Hari ini, kulepaskan kau dari hatiku.
Ku meraup angan bertepi sebuah asa yang tak kunjung padam, kau menorehkan sebuah linangan kehidupan dalam setiap detak jantung yang terus bergelayut dalam simponi cinta, berawal dari sebuah senyum sederhana bertabur melodi kasih, terangkan hati ini tuk mengenalmu dalam setiap guratan rindu. Kini! Detik ini! simponi dari segelincir harapanku musnah dalam sekejap, goresan tajam kaca hatimu tlah membuatku tersayat dalam sebuah luka yang tak urung kering.
Hari ini, kulepaskan kau dari hatiku.
Jeratan ini ku lepas dalam titik nestapa bertabur tangis kecewa, Tak ada lagi senyum disetiap hembus nafasku, tak ada lagi rautan tajam pembentuk semangatku, kau hilang! kau seperti pena yang terus mengisi kertas putih itu,tetapi dalam sekejap tinta itu lenyap, tabur senyummu adalah nadi yang melintas dalam angan hidupku, tak urung jua kau melindas setiap tangis dengan rasa ‘tak acuhmu’, derap langkahku adalah tangga perlintasan sebuah kesederhanaan ‘betapa hatiku ingin melepasmu!’ Ah, sulit bagiku melupakan senyum itu! Nada merdu itu selalu mengiringi kedip mataku.
Hari ini, kulepaskan kau dari hatiku.
Beribu tawa indah meratap dalam setiap tangis, betapa bodohnya diri ini! Terhempas dalam angan yang tak pasti membuat hati ini terjebak dalam naungan kebahagiaan yang tak abadi, Ku mencintaimu karenaNYA sahabatku, senyummu mengubah segala yang ada dalam gambar abstrak kehidupanku, ternyata sulit hati ini menorehkan kuas lukisan wajahmu, tentramku mengarung sebuah tonggak rasa gelisah tuk melepasmu, tapi inilah aku! Aku bukanlah melati yang menebar harum kasih disetiap ingatanmu, Aku bukanlah anggrek yang bertahan menunggu balasan dari sebuah anganku padamu, aku bukan melodi merdu yang setiap kali memberi gejolak rasa ‘tak acuhmu’, aku hanya segelintir metor leonid yang menantikan kerlip debu ini membawakan sebuah isyarat ‘kulepaskan kau dari hatiku’
Hari ini, kulepaskan kau dari hatiku…
Berharapku adalah hal bodoh! kesedihan tentangmu adalah sebuah kenestapaan! Kerinduanku padamu adalah sebuah angan yang terpuruk dalam kerikil tajam yang kian menggores luka dalam denyut jantung ini, menggoreskan sebuah tangis yang tak berguna,
Ku melepasmu bukan berarti ku menayuhkan ayunan kaki ini berpijak meninggalkanmu, tirai ini adalah mihrab yang senantiasa memberi berkah dalam setiap labirin kehidupan, kau hilang! ku rasa kau berada pada zaman dangkalan Arafura yang kini tergenang air, atau mungkin kau hilang ditembus oleh stalagtid, hm… ataukah kau bersembunyi dalam dolina, kau seperti Maswasting dalam hidupku, merambah membentuk sebuah denudasi yang membuatku semakin merasakan tangis yang kian membanjir, mungkin akan ku ulang dalam Kartografi untuk ku mencarimu, kau seperti dimensi warna yang tak pernah pudar, tapi hanya ini ku mencarimu bukan tuk  menaburkan angan bodohku, tapi ku mencarimu tuk berkata ‘betapa aku ingin melepasmu!’
Hari ini, ku lepaskan kau dari hatiku
Ku rasa kau berada dalam Laut Okhost, atau kau berada di Mississipi tapi ku salah, ku semakin terombang-ambing dengan semua ini! Getaran ini membuatku semakin yakin dan berhenti berharap.Ah, benarkah kau telah pergi tuk slama-lamanya! apakah benar ku harus melepasmu dari palung hati ini?
Tertoreh angan ini wahai sahabatku mungkin kita tak kan bisa berada di pegunungan Appalachia,angan ini buntu! aku lelah! Seine menuliskan bahwa kau berada dalam alirannya, garrone meratap penuh kesedihan karena tlah lama meninggalkanmu, mungkin sekejap ku berfikir tajam,, kau tidak ada disana……..Maaf, Hari ini, ku lepaskan kau dari hatiku….
Karena ku yakin Cinta Sejatiku adalah PadaMU, Ya Rabb
Biarlah ku berlabuh dalam pantai KasihMU
Rengkuh Aku dalam kasih lembutMU

JILBABKU

Mereka berdiri di sana dengan celana pendeknya, sangat pendek, super pendek yang mereka anggap sebagai model terkini. Sedangkan aku di sini berdiri tegak dan bangga dengan jilbabku.
Mereka berdiri di sana dengan lautan make up di wajahnya, yang mereka percayai sebagai kebebasan berekspresi. Sedangkan aku di sini berdiri tegak dan bangga dengan jilbabku.
Mereka masih berdiri di sana dengan rambut basah oleh gel berwarna warni, penuh dengan unsur kimia yang mereka anggap sebagai kemurnian jiwa. Sedangkan aku di sini berdiri tegak dan bangga dengan jilbabku.
Mereka berdiri di sana berdua, sangat dekat yang mereka anggap sanggup memberikan segalanya. Sedangkan aku di sini berdiri tegak dan bangga dengan jilbabku.
Dan mereka berdiri di sana asik berbicara untuk membeli celana pendek model terbaru, pewarna rambut yang paling trendi, bahkan cara mendapat pacar baru.. Yang mereka anggap  sebagai memahami keindahan Tuhan dan ekspresi cinta. Sedangkan aku di sini berdiri tegak dan bangga dengan jilbabku.
Karena jilbabku inilah pelindungku, kekasihku, kesetianku, kemurnianku, kecantikanku, dan alatku untuk mengingat Allah. Saat aku meletakkan jilbab di atas kepalaku, aku tahu segala kesesatan yang dibawa oleh setan akan dilenyapkan. Setelah selesai aku sematkan peniti, aku telah bebas . :)

from : The Inspiring Word

Aku Hanya An-Nissa

Ya Allah..
Jadikan aku tabah seperti Ummu Khadijah
Sehingga dirinya digelar afifah solehah
Dialah wanita pertama Tiada ragu mengucap syahadah
Pengorbanan bersama Rasulullah
Susah senang bersama
Walau hilang harta kerana berdakwah
Walau dipulau 3 tahun 3 bulan
Imannya sedikit pun tak berubah
Mampukah aku setabah dirinya?
Andai diuji sedikit sudah rebah..
Baru dihina sudah mengalah
Ya Allah..tabahkan aku sepertinya..

Ya Allah..
Jadikan aku semulia Fatimah Az-Zahrah
Betapa tinggi kasihnya pada ayahandanya
Tidak pernah putus asa pada perjuangan dakwah baginda
Anak yang semulia peribadi baginda
Tangannya lah yang membersihkan luka
Tangannya jua yang membersihkan cela
Pada jasad Rasulullah tercinta
Gagahnya dirinya pada dugaan
Mampukah aku sekuat Fatimah?
Saat diri terluka dendam pula menyapa
  Saat disakiti maki pula mengganti
Ya Rabbi..teguhkan hatiku sepertinya..

Ya Allah..
Jadikan aku sehebat Masyitah dan Sumaiyah
Tukang sisir yang beriman dan
Keluarga Yasir yang bertakwa
Sungguh kesabaran mereka menggoncang dunia
Iman tetap terpelihara walau nyawa jadi taruhan
Mampukah sabarku seperti mereka?
Tatkala digoda nafsu dunia..
Entah mana hilangnya Iman di dada

 Ya Rahman..
Kuatkan Imanku seperti Masyitah
Terjun penuh yakin  bersama bayi ke kuali mendidih
Kerana yakin Allah pasti disisi

Sabarkan aku seperti sumaiyah
Biar tombak menusuk jasad..
Iman sedikit pun takkan rapuh.

Ya Allah..
Jadikan aku semulia Ummu Sulaim
Perkahwinannya dengan Abu Talhah
atas mahar Iman Islamlah Abu Talhah
sehingga menjadi sahabat Rasulullah
Betapa hebatnya tarbiyyah isteri pada suami
Hinggakan segala panahan ke Rasulullah pada hari uhud
Disambut dengan belakang jasad Abu Talhah

Ya Allah..
Tarbiyyahkan aku pada cinta sepertinya
Tingginya nilai cinta pada harga Iman
Mampukah aku menatap cinta itu?  
edangkan rupa yang menjadi pilihan
Ketulusan Iman diketepikan
Ya Allah..
Ilhamkan aku pada cinta sepertinya..

Ya Allah...
Jadikan aku sehebat Aisya Humaira
Isteri termuda Rasulullah
Biar dilempar fitnah Dia tetap teguh pada ketetapanNya
Isteri sejati yang memangku Nabi
Pada saat terakhir baginda Hadis dan Sunnah Rasulullah dipertahankan
Betapa hatimu seorang mujahidah
Ya Allah..
Mampukah aku contohi dirinya?
Pada fitnah yang melanda
Diri mula goyah dan putus asa
Teguhkan Imanku sepertinya..Ya Rahim..

Ya Allah..
Teringat diri pada Khansa
Empat orang anaknya mati di Jalan ALLAH
Dia meratap tangis..
Anak sulungnya syahid
Anak keduanya turut syahid
Anak ketiganya dan keempat jua mati syahid
Namun tangisan itu bukan kerana pemergian anak tercinta
Jawabnya kerana tiada lagi anak yang dihantar untuk berjihad
Ya Allah.. Mampukah aku menjadi ibu yang berjihad?
Sedang anak tak tutup aurat pun masih tak terjawab
Sedang anak tinggal solat pun buat tak kisah
Berikan aku kekuatan sepertinya..
Agar bersedia pada akhirat.

Wahai kaum Adam yang bergelar khalifah..
Diriku bukan setabah Ummu Khadijah
Bukan jua semulia Fatimah Az-Zahrah
Apa lagi sesabar Masyitah dan Sumaiyah
Mahupun sehebat Ummu Sulaim
Dan tidak seteguh Aisya Humaira
Kerana diri cuma An-Nisaa akhir zaman
Dimana Aurat semakin dibuka terdedah
Dimana syahadah hanya pada nama
Dimana Dunia yang terus dipuja
Dimana nafsu fana menjadi santapan utama
Dimana batas sentiasa dileraikan
Dimana ukhwah sentiasa dipinggirkan

Wahai Kaum Hawa
Kita cuma An-Nisaa
Para pendosa yang terbanyak di neraka  
Lantas walau tak setabah para Mujahidah
Namun Tabahlah pada ketetapan Allah
Kerana padanya ada Syurga!

Walau tak semulia para wanita sirah
Tapi muliakan diri dengan agama yang memelihara
Kerana padanya ada Pahala!

Walau tak sesabar para wanita solehah
Namun sabarkan jiwa pada nafsu dunia yang menyeksa
Kerana padanya ada bahagia!

Sesungguhnya Hawa tercipta dari Tulang rusuk kaum Adam
Bukan untuk ditindas kerana lemah
Tapi untuk dilindungi kerana Indah
dan Indah apabila tertutup terpelihara
Kerana disitulah terjaganya Syahadah
Bak mekarnya wanita dalam sirah
Tuntunlah kami ke arah syurga..
Bicara dari An-Nisaa yang hina..
Makbulkan doaku.. Aamiin..